translate

English French German Spain Italian Dutch
Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Penyesalan Seorang Perempuan Setelah Menikah Mengingat Pacarannya Dulu

Bung Beni Panjaitan, maaf judul lagu Bung saya pake untuk artikel ini.

SESEORANG akan bersikap baik dan hormat secara tulus kepada sesuatu bila ia mencintai sesuatu itu. Tak ada perilaku dan sikap baik yang timbul dari rasa tidak suka. Tentu, orang bisa bersikap baik dan hormat tanpa mencintai. Tapi yang demikian itu bukan perilaku sebenarnya. Engkau bisa memberi tanpa cinta, tapi engkau tak bisa mencintai tanpa memberi.

Pribadi-pribadi bersinar dalam sejarah Indonesia pun adalah para pecinta bangsanya. Cinta kepada bangsa lah yang mendorong mereka bersikap sebagai manusia sejati dan berperilaku mulia. Kebodohanku adalah dulu pacaranku seperti akan jadi, pacarku kubayangkan seperti akan jadi suamiku. Ternyata tidak. Setelah puas, rata-rata laki-laki melihat perempuan yang telah dinikmatinya sebagai perempuan murahan. Sebagai perempuan murahan tidak mungkin akan menjadi istri yang baik. Jadilah perempuan seperti aku ini menjadi barang sisa alias barang bekas. Pacaran telah mengotori diriku. Aku sadar, betapa bodoh dan murahnya aku. Suamiku yang kini menikahiku, memilikiku bukan sebagai perempuan yang terhormat tetapi perempuan yang pernah disentuh dan terkotori oleh noda dan dosa karena jebakan syahwat dalam diriku.

Perasaan ini terus terbawa hingga aku menikah. Setelah punya anak perempuan, aku sadar betapa susahnya untuk mencegah putriku berpacaran dengan laki-laki pacarnya karena kekotoran diriku. Bila aku dulu bersih dan bisa menjaga diri, aku pasti memiliki kekuatan untuk mendidik putriku juga agar bisa mempertahankan prinsip dan pendiriannya, agar tak memurah-murahkan cinta dan tubuhnya pada pacarnya. Tapi, segalanya sudah terjadi. Kebanggaanku bahwa aku perempuan yang terhormat tidak ada dan tidak bisa kutunjukkan pada suamiku, juga kepada anak perempuanku. Aku yakin, ini terjadi pada banyak perempuan yang menjalani pacaran. Aku sadar, bahwa keadaan anak perempuanku sekarang merupakan rangkaian tak terpisahkan dari akhlak dan sejarahku. Dan yang pedih lagi, ternyata suamiku pun bukan laki-laki yang baik. Dia pun dulu banyak pacaran dan sudah merasakan beberapa kali menikmati cintanya dengan perempuan. Aaakh … akhirnya yang kotor berjodoh dengan yang kotor. Ini memang sudah hukum Allah, yang shaleh dengan yang shaleh lagi, yang bersih dengan yg bersih lagi, yang kotor dengan yang kotor lagi. Aku yakin, ketentuan Allah ini berlaku pada setiap orang. Penyesalan tak pernah di awal. 

Wahai … perempuan. Demi kehormatanmu dan kebahagiaanmu kelak, silahkan mencintai tapi hindarilah pacaran. Pacaran adalah langkah awal menuju zina dan kehancuran diri. Apalagi memurah-murahkan dirimu pada pacarmu, jadilah perempuan terhormat, sebelum engkau menyesal kelak. Bagi perempuan murah jangankan di akhirat, di dunia pun akan merasakan penyesalan yang amat besar seperti yang kini kualami.” 

(Dewi, di Jakarta)

0 komentar:

GUNZILA TERAKHIR